Bikin Geleng Kepala! Alasan Pedagang Pasar Cileungsi Usir Petugas Covid-19
Ideanewsindo.com – Sebuah video viral di media sosial
yang memperlihatkan pedagang Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, menolak
kedatangan petugas medis. Para pedagang menolak kedatangan tim medis untuk
dilakukan test masif terkait virus Corona (COVID-19).
Dari video yang beredar, puluhan pedagang berkumpul dan
mengusir kedatangan tim medis. Petugas medis pun pergi meninggalkan pasar
dengan mobil. Tidak ada kerusuhan atau kerusakan dari penolakan ini.
Staff Humas dan Keamanan Pasar Raya Cileungsi PD Tohaga,
Ujang Rasmadi membenarkan kejadian tersebut. Dia mengatakan kejadian itu
terjadi Rabu (10/6) kemarin sekitar pukul 08.30 WIB.
"Iya betul seperti itu kenyataan dan realitanya.
(Pedagang menolak dilakukan test masif) karena beritanya (pasien positif
COVID-19 di Pasar Cileungsi) rancu, (dari) segi positif dan negatifnya,"
kata Ujang, ketika dihubungi, Kamis (11/6/2020).
Ujang menjelaskan petugas medis datang secara tiba-tiba ke
Pasar Cileungsi, kemarin. Dia pun mengaku tak mendapat pemberitahuan untuk
dilakukan test masif di Pasar Cileungsi.
Akibatnya, lanjutnya, pedagang berkumpul dan meminta tim
medis untuk pergi. Pedagang juga, kata Ujang, menolak dilakukan rapid dan swab
test karena merasa dirugikan.
"Karena pedagang Pasar Raya Cileungsi sudah dirugikan
oleh rapid dan swab (test), seperti itu. Karena apa? Hasilnya rancu, tidak
jelas. Sekarang, kami temuan saja sampai ada 26 (pasien positif COVID-19 dari
Pasar Cileungsi) nih. Ini yang bener yang mana, kan gitu," jelas dia.
"Karena yang ditest itu juga, dirapid di tanggal 31
(April) bukan hanya pedagang (Pasar) Cileungsi, tapi ada pengunjung dan juga
ada tukang ojek di depan, yang ditest. Terus pedagang-pedagang juga ingin bukti
di tanggal 31 yang jelasnya," lanjut Ujang.
Menurut Ujang, selama ini data dari hasil rapid test dan uji
swab terkait Covid-19 tidak pernah disampaikan oleh pihak Pemkab Bogor selaku
Gugus Tugas.
Ujang menyebutkan bahwa selama proses pendataan, pihaknya
tidak pernah mendapatkan hasil rapid test dan swab dari 57 orang yang sudah
dilakukan tes.
Begitu juga mengenai keamanan data hasil uji Covid-19
tersebut yang bisa saja disalahgunakan sehingga menimbulkan keresahan dan
ketakutan. Terlebih lagi terdapat kecemburuan di antara pedagang di luar pasar
yang tidak mendapat pembatasan dan rapid test.
"Tidak ada keterangan apa pun, datanya tidak akurat dan
tidak masuk ke pengelolaan kami setelah ada rapid ataupun swab.
Dan yang mau saya
pertanyakan, kenapa tiba-tiba timbul 26 dan tidak jelas pedagangnya yang
mana," kata Ujang.
"Makanya saya bilang beri lah data yang akurat,
sehingga pasar kami ini jangan dipermainkan terus, anjlok pedagang kami, jatuh
nama baiknya, itu yang menjadi amarahnya pedagang kemarin," kata Ujang.
Menurut Ujang, jika hal ini tidak segera diperbaiki, maka
akan menimbulkan konflik sosial yang lebih besar. "Artinya yang menjadi
keresahan kami itu kurangnya koordinasi Pemkab terkait data yang tidak akurat.
Ada apa sebenarnya ini dengan Pasar Cileungsi dan kenapa kami harus ditest lagi
sampai yang ketiga kali?" kata dia.