Kebijakan Jokowi Berhasil Buat Rupiah Jadi Jawara di Asia
Ideanewsindo.com – Kebijakan
presiden Jokowi untuk memberlakukan new normal terbukti mujarab bagi
perekonomian Indonesia.
Akibat sentimen itu, nilai tukar rupiah menguat terhadap
dolar Amerika Serikat (AS) dan terus menunjukkan penguatan yang cukup
signifikan pada perdagangan akhir pekan ini.
Di pasar spot, pagi ini mata uang Garuda dibuka pada level Rp
13.885 per dollar AS, mengacu data Refinitiv, Sabtu Siang (06/06/2020).
Menyebut rupiah sebagai jawara Asia memang tak berlebihan
jika melihat performanya yang 'garang' minggu ini. Dolar AS dilibas tak berdaya
di hadapan mata uang Tanah Air. Banjir sentimen positif membuat keyakinan
investor membaik dan rupiah diburu. Meski sudah jadi jawara, rupiah dinilai
masih kemurahan.
Nilai tukar rupiah yang menguat tajam di hadapan dolar
greenback membuatnya menjadi mata uang paling seksi di kawasan Asia. Dalam
sepekan terakhir nilai tukar rupiah menguat nyaris 5% terhadap dolar AS.
Penguatan ini jauh lebih tinggi dibanding apresiasi yang
dicatatkan mata uang kawasan Asia lainnya. Tak tanggung-tanggung, kini rupiah
sudah kembali di bawah Rp 14.000/US$.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), Josua Pardede
menjelaskan, ada beberapa katalis yang mendorong rupiah kembali menguat terhadap
the greenback.
Salah satunya penguatan rupiah cenderung disebabkan oleh dimulainya transisi pembukaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah.
Salah satunya penguatan rupiah cenderung disebabkan oleh dimulainya transisi pembukaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah.
Josua mencatat, sepanjang pekan ini, rupiah sudah menguat
sebesar 4,75%, tertinggi di Asia. Sejak mencapai titik terendahnya di level
16.575, Rupiah sudah mengalami penguatan sebesar 19,37%.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Riset Center of Reform
on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, penguatan rupiah
disebabkan oleh pertama, melimpahnya likuiditas di pasar keuangan global
seiring dengan program stimulus yang dilakukan di AS dan banyak negara maju.
Mulai dibukanya aktivitas perekonomian di Indonesia yang
memunculkan ekspektasi positif pasar.
Hal ini juga menjadi keputusan pemerintah untuk mulai
melonggarkan perekonomian dengan tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
"Sentimen ini memberikan harapan dan meningkatkan
kepercayaan pasar," kata Senior Economist Bank Indonesia periode 2011-2017
ini saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (5/6/2020).
(Cnbc)